Masya Allah! Kisah Tukang Kain Naik Haji, Kumpulkan Uang Sedikit Demi Sedikit

 


Mursalam, begitu ia akrab dipanggil. Adalah wanita berusia 59 tahun asal Ujung Batu, Rokan Hulu, Riau. Kesehariannya adalah penjual kain dan baju, tapi beberapa pekan ini ia sedang berada di Makkah.

Wanita yang lahir di Sumatera Barat ini menjadi satu dari jutaan umat muslim yang menjalankan ibadah haji 1443 H atau 2022. Meskipun pekerjaannya terbilang sederhana, tapi ia membuktikan dirinya 'pantas' menjadi tamu Allah SWT.

Dilansir dari laman resmi Kemenag (21/7) Mursalam yang bertubuh kecil ini mengaku sangat bersyukur bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci. Sosoknya yang lincah dan penuh semangat ini telah berhasil menyelesaikan rangkaian ibadah haji. Kini ia sedang menunggu waktu keberangkatannya kembali ke Tanah Air, Indonesia.

Dia bersyukur seluruh rangkaian ibadah hajinya berjalan lancar, sejak masa Arafah, Muzdalifah, dan Mina, dilalui dengan kemudahan-kemudahan yang ia rasakan.

"Alhamdulillah, selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, aku sehat-sehat, juga saat thawaf Ifadah," terang wanita yang berbicara dengan logat Melayu kental ini.

Sehari-hari berjualan kain

Mursalam merupakan orangtua tunggal untuk tiga anaknya. Sang suami sudah meninggal sejak masih usia muda. Sehari-hari Mursalam bekerja sebagai penjual kain dan pakaian.

Keuntungan dari berjualan kain dan pakaian seperti gamis, kerudung, batik hingga seragam sekolah ini diakui Mursalam tidaklah seberapa. Uang hasil penjualan ia sisihkan sebagian untuk modal ulang, sebagain lagi untuk biaya hidup, dan sebagian lagi sebagai tabungan.

Meskipun penghasilannya sangat minim, tetapi Mursalam punya mimpi besar yakni berangkat haji.

Cita-cita inilah yang membuat Mursalam semangat keliling dari satu pasar ke pasar lainnya yang berada Kawasan Kabupaten Rokan Hulu. Ia bersama kelompok pedagang keliling lainnya juga sering menggelar dagangannya di atas tanah dengan alas kain di depan pasar.

Pernah mengalami masa sulit dalam hidup

Mursalam sudah tinggal di Rohul sekitar 20 tahun. Sebelumnya ia juga bekerja sebagai penjual kain di Medan dan Padang.

Pahit getir hidup pernah ia rasakan. Sekali waktu, Mursalam pernah hampir bangkrut dan berada dalam kondisi yang membuatnya terpukul dan patah semangat. Di saat seperti ini, barang dagangannya pun sulit terjual.

"Liku-liku hidupku, aku jualan di tiga kota, jualan di Medan di sana bangkrut, lalu di Sumbar jualanku sempat naik lalu jatuh, dan akhirnya pindah ke Riau. Keberkahanku jualan kain ini di Riau," ujar Mursalam terbata-bata mengingat masa sulitnya.

Karena tidak punya kios, ia menjajakan jualannya dengan berkeliling di pasar-pasar, menggelar dagangannya di atas tanah di tengah hiruk pikuk pasar. "Ketika jualanku naik, Allah pernah beri aku ujian, maka aku pun jatuh. Aku yakin, Allah tidak pernah meninggalkanku sendirian, dengan tabah dan sabar, ujian tersebut aku tetap jalani," paparnya berkaca-kaca.

Dagangan pernah diborong habis

Setelah memutuskan pindah ke Riau, Mursalam bercerita tentang salah seorang rekannya yang menilai barang dagangan yang ia miliki akan sulit laku karena modelnya sudah tertinggal. Namun Allah SWT berkehendak lain, seluruh dagangan Mursalam justru laris diborong orang.

"Barang daganganku hanya tinggal ini, sisa dari saat aku jatuh. Pada saat tahun baru, ada pembeli yang membeli seluruh barang dagangan yang sebelumnya dihina temanku. Memang aku akui, barangku kurang bagus, tapi yang Kuasa tunjukkan orang yang membelinya, pembelinya orang Nias, pada tahun baru, itu jualanku diborong habis," kisahnya

Nazar untuk kurban dan naik haji

Berniat haji menurutnya sudah ada sejak muda, niat tersebut mulai ia wujudkan sejak memutuskan pindah dari Sumbar ke Riau. Ia pun bernazar kurban dan haji saat pindah ke Riau.

"Ya Allah, Ya Tuhanku kalau aku pindah nanti, aku akan kurban dan nabung naik haji. Alhamdulillah terkabul," kata dia.

Demi bisa mengumpulkan uang untuk ongkos naik haji, Mursalam melakoni beberapa pekerjaan sekaligus. Menurutnya, untuk nabung haji, selain berjualan kain, ia jajakan sayuran seperti kangkung, cabe, daun singkong yang ditanam di kebun kecil miliknya.

Tekad ini pun diwujudkan setelah ia menikahkan anak pertamanya. Dengan tabungan miliknya, saat itu ia mencoba mendaftar haji.

"Tahun 2011, saat puasa, aku menangis berdoa, ya Allah bila terkumpul uang setahun ini aku langsung daftar haji , alhamdulillah doaku dikabulkan, tahun 2011 aku daftar haji," kata Mursalam bahagia.

Selalu husnudzon kepada Allah SWT

Dari keuntungannya berjualan, tidak seluruhnya dibelikan barang jualan lagi, tapi ia tabung untuk ibadah haji. Kadang ia hanya mendapat untung Rp 2.000 bahkan pernah Rp 2 juta karena ada yang borong jualannya, ada yang pesan seragam sekolah, keuntungannya ia sisihkan untuk naik haji, begitu seterusnya.

"Allah sayang sama aku, hingga akhirnya bisa daftar haji, aku menangis saat mohon pada Allah, dan Allah kabulkan aku daftar haji. Anakku heran ibunya bisa mengumpulkan uang Rp 25 juta untuk daftar haji, aku yakinkan pada anakku, ini sepenuhnya karena kehendak Allah. Aku bersyukur, segala lelah capek, Alllah ganti," tuturnya.

Ia mengaku puas saat melihat rumah Allah tegak berdiri di hadapannya, Ka'bah yang pernah ia lihat di mimpinya. "Puas rasanya selama hidup ini melihat Kabah, rasa lelah capek sudah tidak ingat lagi saat mencari uang untuk daftar haji, sempurna rasanya hidupku," tuturnya.


Tak banyak harapan yang ia sampaikan saat di depan Ka'bah. Ia hanya berharap agar keturunannya bisa juga beribadah haji. Mursalam juga berdoa agar Allah SWT menempatkan kedua orangtuanya di surga terindah.

"Saat di Arafah, aku mohon ampun untuk orangtuaku agar ditempatkan di taman surga, aku tidak mungkin melupakan jasa mereka," ujar Mursalam menangis mengenang orangtuanya yang telah tiada

Belum ada Komentar untuk "Masya Allah! Kisah Tukang Kain Naik Haji, Kumpulkan Uang Sedikit Demi Sedikit"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel